Jangan Bunuh Diri, Ini 11 Tips Atasi Depresi!
Andre menelungkupkan kepalanya ke meja dengan perasaan frustasi. Tangannya terkepal, berkali-kali memukuli apa yang ada di sekitarnya dengan gemas. Barusan dia mendapatkan surat pemecatannya sebagai manajer di tempatnya bekerja. Apa salahnya? Dia sudah berikan semua loyalitas dan totalitas, ternyata hasilnya tak terduga: pemecatan!
Sementara, di tempat lain, Firman, seorang eksekutif muda, sedang gundah, memikirkan nasib tagihan ratusan juta dari klien gagal. Ratusan karyawan terancam tak dapat gaji. Baginya, dunia serasa hendak runtuh.
Kisah yang menimpa Andre dan Firman, hanya kisah fiktif rekaan penulis. Akan tetapi, di kejadian nyata, kasus-kasus seperti Andre dan Firman, merupakan sesuatu yang banyak terjadi. Depresi merupakan hantu yang kian masa kian menyeramkan. Bahkan, saking tidak mampu menghadapi depresi, banyak sosok populer yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebagaimana dikabarkan dari Metro.co.uk (20/7/2017), vokalis Linkin Park, Chester Bennington meninggal karena bunuh diri. Sementara sebelumnya, kita juga mendengar kematian mantan pacar Awkarin, Oka Mahendra, juga karena bunuh diri.
Benarkah depresi ini semacam penyakit mental yang mengerikan? Sebenarnya tidak. Depresi merupakan bagian dari pembinaan mental seseorang. Depresi atau stres, sebagaimana ditulis oleh Harry Mills, PhD, dkk, yang dimuat di mentalhelp.net (30/6/2008), merupakan suatu hal yang biasa bagi kita. Stress is not always a bad thing, tulis Milss. Ya, stres tidak selalu buruk.
Di sekolah anak-anak saya, ada beberapa tanah kosong yang dimiliki oleh pengembang. Agar tanah tersebut menjadi keras dan lebih siap menjadi pondasi bangunan, pengembang justru mempersilakan sekolah untuk menggunakan tanah kosong tersebut sebagai tempat berolahraga. Tekanan-tekanan yang dilakukan anak, sangat baik untuk membentuk pondasi yang kokoh.
Sebagaimana tubuh yang perlu olahraga, mental kita juga perlu tekanan-tekanan agar agar bisa kuat dan tahan terhadap sakit. Inilah mengapa sebaiknya orang tua tidak terlalu memproteksi anak sehingga steril dari masalah. Karena, masalah adalah bagian dari pendidikan. Masalah membuat kita kuat.
Penyipakan terhadap depresi memang sangat penting. Dikutip dari explorable.com (20/11/2015), stres terbagi menjadi dua, yaitu eustress dan distress.
Eustress, adalah stres konstruktif, stres yang kita butuhkan, stres yang mendorong manusia untuk meloncat lebih tinggi, berlatih lebih giat, bekerja lebih keras, melewati batas-batas normal, menjadi tidak biasa alias luar biasa. Stres semacam ini kita bergairah dan terpacu adrenalinnya. Stres semacam ini dibutuhkan agar kita semakin kuat, tahan banting dan memiliki daya tahan tinggi menghadapi berbagai topan-badai kehidupan.
Distress, adalah stres yang negatif, stres buruk, bersifat merusak/desktruktif. Asal dari distress mungkin sama dengan eustress, tetapi respon kita menjadi negatif karena melibatkan emosi-emosi negatif. Misal, karena tekanan ujian, kita jadi gampang marah. Karena dikejar target, kita jadi uring-uringan dan sebagainya. Bisa juga sebabnya memang sesuatu yang membuat kita terjebak pada emosi negatif, misal pengalaman yang menyedihkan, ditipu, mengalami problematika yang berat dan sebagainya.
Bagaimana agar kita bisa menjadikan tekanan-tekanan yang kita dapatkan sebagai stres konstruktif alias eustress sekaligus terhindar dari depresi negatif?
1. Milikilah visi besar, misi yang jelas, yang diimplementasikan dengan program-program yang realistis dan mudah diukur. Visi belaka tanpa aksi nyata, ibarat mimpi indah yang akan hilang saat kita terbangun.
2. Ubahlah persepsi hambatan yang menghadang di depan kita dari hantu mengerikan menjadi tantangan yang harus kita taklukan. Rumuskan sejumlah strategi untuk mengatasi hambatan tersebut.
3. Frustasi muncul karena adanya gap antara kenyataan dan harapan. Maka, jangan menumpukan harapan pada satu rencana, bangunlah sejumlah rencana, planning A, B, C dan seterusnya. Antisipasilah sesuatu hingga sampai kemungkina terburuk.
4. Biasalah “bersakit-sakit” dengan banyak bekerja keras, berinteraksi dengan berbagai macam karakter, bersabar dengan kelakuan individu atau kelompok lain yang membuat kita merasa tidak berkenan.
5. Asahlah kecerdasan emosi dengan membiasakan melogikakan setiap stimulus yang masuk ke otak kita sebelum diolah diotak emosi. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, hal ini akan membantu kita untuk terhindar dari perbuatan konyol yang dipicu dari luapan emosi.
6. Milikilah jiwa yang humoris, santai, periang, dengan cara banyak membaca kisah-kisah lucu, banyak piknik, bergaul dengan orang yang memiliki karakter semacam itu.
7. Milikilah waktu untuk diri sendiri, mengerjakan apa yang kita sukai tanpa adanya pengganggu-pengganggu yang merusakan keasyikan kita.
8. Cukup istirahat, tidak memforsir diri, mengonsumsi makanan sehat dan air putih yang cukup.
9. Apapun agama kita, dekatkan diri dengan Sang Pencipta, rajin beribadah, banyak merenungkan kebesaran-Nya. Jika muslim, kita bisa banyak wiridan zikir, membaca kitab suci, berpuasa, ibadah malam, dan sebagainya.
10. Jauhi “obat-obatan” yang bisa menghilangkan depresi secara semu, misal narkoba, alkohol, ngedugem dan sebagainya.
11. Olahraga secara rutin, misal renang tiga kali seminggu, atau jalan kaki sewaktu pagi sekitar satu jam. Lakukan dengan asyik dan dalam suasana yang nyaman.
Semoga 11 tips ini bisa membantu kita mengatasi depresi.
Posting Komentar untuk "Jangan Bunuh Diri, Ini 11 Tips Atasi Depresi!"